Skip to main content

MANAJEMEN PASSIVA


MANAJEMEN PASSIVA
Oleh : Arowadi Lubis
I.     Pendahuluan
Deskripsi bank sebagai badan usaha (lembaga keuangan) sering digambarkan dengan pendekatan akuntansi keuangan. Salah satu alat yang sering digunakan dalam pembahasan perbankan adalah neraca. Neraca mendeskripsikan bank dari dua sisi. Sisi yang pertama adalah sisi harta (kekayaan) bank dan penggunaannya (aktiva). Sisi yang lain diisi oleh sumber kekayaan bank (passiva).
Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi keuangan telah menjadikan bank sebagai badan usaha yang unik (berbeda dari badan usaha yang lain). Keunikan tadi menyebabkan akuntansi (dalam hal ini neraca) bank juga tentunya berbeda dengan perusahaan yang lain, baik itu perusahaan jasa secara umum (sebenarnya bank juga usaha jasa), usaha dagang dan manufakture.

perbedaan yang dimaksud dapat dideteksi dengan pendekatan aktiva maupun passiva. Dilihat dari sisi aktiva, kekayaan bank didominasi oleh asset keuangan, sedangkan badan usaha yang lain, assetnya didominasi oleh kekayaan fisik. Disisi lain (sisi passiva), proporsi utang jauh lebih besar daripada modal. Sedangkan dalam perusahaan secara umum, proporsi modal lebih besar daripada utang. [1]
Lebih lanjut lagi, pengelolaan bank tentunya menggunakan manajemen tersendiri. Manajemen induk pengelolaan bank adalah manajamen dana bank. Manajemen dana bank nantinya akan menjadi induk manajemen bank yang lain seperti manajemen pembiayaan, manajemen investasi bank, manajemen liquiditas bank, manajemen resiko bank, manajemen resiko bank dan manajemen aktiva dan passiva bank. [2]
Tulisan ini akan membahas salah satu dari manajemen bank yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu manajemen aktiva dan passiva, atau sering dikenal dengan asset and liability management (ALMA). Pembahasan dalam tulisan ini akan lebih dikerucutkan lagi (break down) kedalam bahasan yang lebih spesifik yaitu manajemen passiva bank.
Pembahasan akan dimulai dari deskripsi pos-pos passiva dalam neraca bank dan arti pos-pos tadi ketika diterjemahkan secara operasional, selanjutnya akan dijelaskan latar belakang (sejarah) lahirnya manajemen passiva, berikutnya akan dibahas esensi manajemen passiva itu sendiri, dan yang terakhir akan dibahas pola manajemen passiva bank dengan pendekatan pos-pos passiva bank.

II.  Pembahasan
A.    Pos-Pos Passiva dalam Neraca Peraca Bank
Apa sebenarnya arti passiva bagi bank? Dengan menggunakan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, passiva berarti sumber dana bagi bank. Dengan demikian pos passiva hanya akan diisi oleh tiga sumber dana bank secara umum yaitu dana pihak pertama, dana pihak kedua dan dana pihak ketiga. 
Dana pihak pertama biasa juga disebut dengan sumber dana intern. Karena sumber dana pihak pertama berasal dari dalam (internal bank). dana pihak pertama (sumber dana intern) dalam operasional bank adalah modal, baik modal inti atau modal pelengkap.[3]
Dana pihak kedua masuk dalam kelompok sumber dana ekstern yaitu lembaga lain. Dana bisa berasal dari pasar uang, pasar modal, pemerintah (bank indonesia), bank lain, dan pasar uang antar bank dengan menjual surat berharga pasar uang (SBPU).[4]
Dana pihak ketiga juga masuk dalam kategori sumber dana eksternal. Sumber dana yang satu ini adalah sumber dana yang berasal dari masyarakat. Dana diperoleh dalam bentuk giro, tabungan dan deposito (simpanan berjangka).
B.     Latar Belakang (Sejarah) lahirnya manajemen passiva
Pada kurun waktu 1940 – 1950, terjadi perang dunia II. Perang berakibat buruk de semua sektor kehidupan dan tidak ketinggalan juga bidang ekonomi tentunya. Perekonomian negara-negara dunia, terutama negara yang ikut perang menjadi kacau. Untuk mengamankan dananya, masyarakat berlomba-lomba menyimpan dananya di bank walaupun dengan biaya dana yang sangat rendah (low cost).
Ketika perang sudah usai, perekonomian mulai ditata kembali. Dana yang selama perang tersimpan di bank secara berangsur-angsur mulai ditarik oleh masyarakt seiring dengan membaiknya perekonomian. Sampai akhirnya pada tahun 1960, Dana yang tersimpan di bank habis  sehingga bank tidak bisa melayani permintaan kredit.
Fenomena ini memaksa bank untuk mencari sumber dana. Bagaimana caranya bank mencari sumber dana? Untuk menjawab pertanyaan ini lahirlah manajemen passiva bank dalam kurun waktu 1960 -1970. Setelah tahun 1970 manajemen passiva digabung dengan manajemen asset dalam satu bahasan tersendiri dalam manajemen aktiva passiva, atau lebih dikenal dengan asset and liability manajemen.[5]
C.     Esensi Manajemen Passiva Bank
Secara sederhana, manajemen passiva bank adalah tekhnik mengelola passiva bank agar berjalan secara efektif dan efisien. Efektif dan efisien ini dapat diterjemahkan kedalam tujuan manajemen passiva secara operasional yang terdiri dari:
1.      Meminimumkan biaya bunga atas dana yang dihimpun
2.      Menjalin hubungan yang baik dengan para kreditur
3.      Pemeliharaan sumber dana akibat pergerakan kondisi ekonomi dan moneter
4.      Menciftakan surat-surat berharga dalam rangka purchased fund, sehingga kebutuhan liquiditas bisa terpenuhi
5.      Meningkatkan hubungan korespinden dengan lembaga keuangan lain supaya money market line bisa dipertahankan
Enam tujuan ini diharapkan sudah mewakili semua pos yang ada dalam passiva bank.[6]
Dari sedikit pembahasan sebelumnya dapat diambil kesumpulan bahwa esensi (hakikat) manajemen passiva dapat dilihat dari beberapa sisi. Sisi yang pertama adalah sisi efektifitas dan sisi yang kedua adalah sisi efisiensi.
Sisi efektifitas dijalankan dengan dasar penentuan tidakan yang paling tepat untuk diambil dalam mengelola sumber dana perbankan. Tindakan yang dimaksud dapat berupa komposisi sumber dana dan jumlah dana yang ditargetkan untuk diperoleh.
Sisi efisiensi dijalankan dengan dasar cara mengumpulkan dana dengan biaya yang murah, tenaga yang relatif sedikit, fikiran yang tidak terlalu berat. Cara yang dimaksud pada akhirnya diharapkan akan berujung pada perolehan dana yang low cost dalam arti luas.
D.    Pola Manajemen Passiva Bank
Pengelolaan passiva (sumber dana) bank akan menggunakan beberapa pengetahuan, pertimbangan, dan analisis tertentu. Pengetahuan yang dimaksud di sini tidak lain adalah gambaran yang jelas tentang karakteristik sumber-sumber dana bank yang ada dalam passiva. Pengetahuan tadi akan memudahkan pertimbangan dan analisi, sebelum mengambil keputusan yang harus diambil.
Dana pihak pertama (modal) adalah sumber dana jangka panjang (bahkan seumur hidup perusahaan). Tetapi perlu diingat bahwa sumber dana termasuk kewajiban. Mengapa demikian? Karena manajemen harus mempertanggung jawabkan kepada investor (pemegang saham /modal).  Disamping itu, modal memiliki karakteristik yang lain yang tidak dimiliki sumber dana lainnya. Modal tidak memiliki biaya dana dan modal minimum yang harus disediakan oleh bank detetapkan oleh Pemerintah (bank indonesia) melalui kebijakan CAR minimum.
Dana pihak kedua memiliki karakter yang berbeda juga dengan sumber dana yang lain. Biasanya sumber dana pihak kedua diambil untuk keperluan ekspansi (menunjang profitabilitas) dan liquiditas. Keperluan ekspansi biasanya diambil dari pasar modal untuk memenuhi kredit jangka panjang, sedangkan keperluan liquiditas diambil dari pasar uang dengan menggunakan menjual surat berharga pasar uang atau instrument pasar uang lainnya seperti call money, banker’s acceptance, dan comercial paper.
Dana pihak ketiga mungkin tidak terlalu berlebihan kalau disebut sebagai sumber dana paling utama dan paling populer yang dimiliki bank. dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan, dan deposito berjangka. Masing-masing dari rekening ini memiliki karakteristik tersendiri. Giro memiliki karakteristik masa pengendapan yang fluktuatif dan jangka pendek, sedangkan biaya dananya cenderung low Cost.
Tabungan memiliki karakteristik agak moderat. Tabungan tetap berfluktuasi, tetapi tidak secepat giro. Itu kalau dilihat dari sisi pengendapan dana. Kalau dilihat dari sisi biaya dana, tidak jauh berbeda dengan masa pengendapan, biaya dana juga ada diantara giro dan deposito, walaupun dewasa ini biaya dana tabungan ada yang menyamai biaya dana deposito dengan adanya konversi rekening deposito kedalam rekening tabungan.
Sumber dana dalam bentuk deposito adalah sumber dana yang pengendapannya paling stabil dibanding tabungan dan giro. Sehingga akan lebih mudah ketika mau menyalurkan dana deposito kedalam kredit. Kemungkinan mismatc  kecil dan lebih leluasa meilih sektor ekonomi yang akan diberikan kredit. Tetapi, kalau dilihat dari sisi biaya dana, depsotio memiliki biaya dana yang paling tinggi dibanding sumber dana lainnya. Hal ini dikarenakan deposito tidak bisa diambil sewaktu-waktu oleh nasabah pemilik rekening deposito (deposan).
Pendekatan selanjutnya adalah pertimbangan yang harus diambil oleh manajemen ketika melakukan aktifitas pengumpulan dana. Pertimbangan yang dipakai biasanya terdiri dari pertimbangan internal dan pertimbangan eksternal. Pertimbangan internal sendir dapat dilakukan dengan pengetahuan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Pengetahuan tadi didukung dengan SWOT terhadap bank atau dengan metode lainnya. Pertimbangan yang kedua adalah pertimbangan eksternal. Pertimbangan ini adalah pertimbangan lingkungan bank secara menyeluruh. Mulai dari kondisi politik, sosial, perekonomian, dan karakter para nasabah yang berhubungan dengan bank dan semua yang memiliki pengaruh dengan bank baik secara langsung maupun tidak langsung.
Langkah terakhir adalah analisis untuk mengambil keputusan. Analisis yang dilakukan pada intinya merupakan kegiatan menentukan pilihan langkah paling efektif dan paling efisien yang bisa diambil bank dalam mengumpulkan sumber-sumber dana.
III.             Penutup
A.    Kesimpulan
Manajemen passiva merupakan syarat mutlak yang harus digunakan dalam pengelolaan perbankan. Tanpa adanya manajemen terhadap sumber dana, akan banyak kerugian yang kan dialami oleh pihak bank. Kerugian yang dialami bisa dalam bentuk kerugian langsung karena resiko bisnis atau mungkin karena hilangnya kesempatan.
Pada akhirnya, penerapan manajemen passiva yang terintegrasi dengan manajemen bank yang lainnya secara harmonis, akan memberikan dampak yang signifikan dalam perkembangan bank. Apakah itu perkembangan asset, pendapatan, maksimisasi bank, keberlangsungan bank dan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan.


[1]Drs. Sugeng Widodo, Perkuliahan Manajemen Dana STEI Hamfara. 2010
[2] idem
[3] Kartika Sari. Komp. Lembaga Keuangan Perbankan, Website, 2011
[4] idem
[5] Drs. Sugeng Widodo, Perkuliahan ALMA,STEI Hamfara Yogyakarta, 2009.
[6] Dr. Dra. Peni Sawitri, Manajemen Passiva, website. Universitas Gunadarma. 2011

Comments

Popular posts from this blog

RANGKUMAN BUKU MANAJEMEN PERBANKAN

BAGIAN I LINGKUNGAN MAKRO A.     Reformasi perbankan indonesia : dari represi hingga deregulasi 1.       Dari represi menuju liberalisasi fiansial 2.       Deregulasi finansial indonesia 3.       Dampak deregulasi terhadap sektor keuangan 4.       finance led-growth atau growthled finance B.      Perbankan Indonesia di masa krisis 1.       struktur perbankan indonesia 2.       masalah yang dihadapioleh perbankan indonesia 3.       krisis: dari krismon hingga kristal 4.       negara-negara asia timur dalam krisis 5.       penyebab krisis : beberapa catatan sudi 6.       tujuh negara asia dan enam dimensi krisis 7.       perbuatan politik dan reformasi ekonomi 8.       pemulihan yang menyakitkan 9.       proses pemulihan 10.   rekapitulasi perbankan dan masalahnya

PERANAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN BANK

PERANAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN BANK Oleh: Arowadi Lubis Setiap tingkat manajemen dalam melaksanakan tugas sehari-hari akan dihadapkan pada tiga fungsi pokok yaitu: A.     Fungsi perencanaan B.      Fungsi pelaksanaan C.      Fungsi pengawasan Masing-masing fungsi ini melekat erat pada diri setiap manajer, dan di samping itu masing-masing fungsi tersebut juga mempunyai korelasi yang sangat erat satu sama lainnya. Untuk melaksanakan fungsi

ANGGARAN BANK

ANGGARAN BANK Oleh: Arowadi Lubis PENDAHULUAN Suatu anggaran yang baik adalah yang sulit dicapai tetapi masih dapat dicapai, mudah dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Inilah suatu tantangan bagi para ahli manajemen dalam menyususn dasar-dasar teori yang dapat memberikan panduan kepada para praktisi di dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Hal ini kiranya dapat dipahami sebab bisnis dari perbankan tersebit jelas mempunyai berbagai kekhususan yang dapat diuraikan sebagai berikut: ·