MEKANISME KERJA ANGGARAN
Oleh: Arowadi Lubis
Agar
dapat melaksanakan fungsinya sebagai alat perencanaan dan pengendalian, maka
anggaran tersebut harus dapat dukungan sepenuhnya dari top manajemen dan adanya
partisipasi dari seluruh unit kerja yang ada. Hingga dengan demikian anggaran
tersebut harus dapat mencakup tiap jenis kegiatan usaha yang ada pada bank
tersebut. Tiap jenis kegiatan usaha harus dapat diukur performancenya dan
sekaligus tingkat
variance yang ada baik yang bersifat favorable maupun
unfavorable. Analisa variance ini sangat penting pula sebagai alat koreksi
terhadap pengyimpangan yang ada.
Oleh
karena itu agar dapat diperoleh anggaran yang seperti diinginkan di atas, perlu
terlebih dahulu dipahami persiapan-persiapan penyusunan anggaran dan juga
mekanisme kerja dari anggaran itu sendiri.
A.
PERSIAPAN
PENYUSUNAN ANGGARAN BANK
Sebelum suatu system
anggaran diterapkan, Budget Committee maupun
manajemen perlu memperhatikan berbagai factor yang mempengaruhi sukses tidaknya
pemakaian anggaran pada suatu bank. Berbagai factor yang dimaksud paling tidak
seperti dijelaskan berikut:
1. Factor-faktor
Dalam Penyusunan Anggaran
Untuk
menciptakan anggaran yang optimal, perlu diperhatikan factor-faktor berikut:
a. Dukungan
Manajemen
Dalam penyusunan
anggaran, tidak bias tidak harus ada dukungan pihak manajemen, mulai dari top management, middle management, sampai
lower management. Dengan demikian,
dalam pelaksanaan anggaran nantinya, akan berjalan seirama antara masing-masing
level manajemen yang bersangkutan.
b. Partisipasi
seluruh pegawai bank
Berhasil atau tidaknya
suatu anggaran, akan sangat tergatung pada dukungan dan keterlibatan setiap
individu yang ada pada bank yang bersangkutan. Sebab, bagaimanapun juga,
anggaran hanyalah suatu rencana, tanpa adanya suatu pelaksanaan, tentunya tidak
ada artinya. Dengan demikian, perlu diadakan pendidikan anggaran, dengan tujuan
agar semua individu yang ada pada bank yang bersangkutan faham akan perannya
masing-masing dalam implementasi anggaran.
Berbagai bentuk
partisipasi yang diharapkan dalam
anggaran antara lain:
i.
Kesediaan setiap individu memberikan
informasi baik tentang past performance
dan lain sebagainya ketika penyusunan anggaran.
ii.
Ketaatan kerja sesuai pada anggaran
iii.
Kesediaan memberikan evaluasi
pelaksanaan anggaran
iv.
Kesediaan menerima kritik yang
dirumuskan dari analisa variansi
v.
Kesediaan menerima reward atau punishment atas
prestasi atau kegagala
2. Factor
sarana kerja
Pelaksanaan
system anggaran yang baik, akan memerlukan berbagai macam sarana kerja yang
memadai, antara lain sebagai berikut:
a. Tenaga
kerja (brainware), yakni unit kerja
yang bertugas mengkoordinir kegiatan anggaran.
b. System,
procedure, dan tata kerja (software),
yaitu segaa system dan prosedur kerja yang telah diperlukan untuk menyusun
anggaran tersebut, antara lain:
i.
Tata cara penyusunan anggaran
ii.
Standard
performance atau standard
cost yang akan digunakan untuk penyusunan anggaran
iii.
Berbagai informasi ekstern dan intern
yang akan digunakan untuk penyusunan anggaran
iv.
Berbagai formula atau rumus untuk
menyusun ramalan kerja atau prediksi dan seterusnya.
v.
Berbagai formulir atau table-tabel untuk
menyusun, merumuskan dan membuat evaluasi anggaran
vi.
Berbagai system laporan untuk management information system.
vii.
System rekening stelsel (chart of account) yang sesuai dengan
sifat masing-masing usaha
viii.
Tata cara pemberian reward dan punishment kepada
setiap pegawai atas prestasi kerja yang telah dicapai
Mengingat
anggaran akan mengubah budaya perusahaan suatu bank, maka sudah tentu dengan
diterapkannya system anggaran di suatu bank akan memaksa diadakan penyesuaian
system dan prosedur kerja yang selama ini berlaku agar dapat sesuai dengan
system anggaran tersebut.
3. Factor
biaya
Untuk
memperoleh sarana kerja, tentunya akan dibutuhkan biaya yang akan sangat
tergantung dari skala bank. Besar kecilnya biaya yang dibutuhkan paling tidak
akan dipengaruhi berbagai hal berikut:
a. Besar
kecilnya organisasi anggaran
b. Bentuk
dari sarana perangkat lunak yang akan diterapkan
c. Bentuk
dan jenis perangkat keras yang akan dicapai
d. Kualitas
tenaga kerja yang dipakai
e. Kualitas
dari system dan prosedur anggaran yang dipakai oleh bank yang bersangkutan.
4. Factor
kelengkapan informasi
Keputusan
yang dituangkan dalam anggaran akan memerlukan berbagai macam informasi, yakni
informasi yang berifat intern dan ekstern. Dengan demikian, diperlukan
kelengkapan informasi demi untuk efektifitas anggaran. Semua informasi yang
dibutuhkan harus dapat dipenuhi dan dikelola dengan ai agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk keperluan penyusunan anggaran tersebut.
5. Factor
Jenis Usaha dari Bank yang Bersangkutan
Anggaran
perlu memperhatikan jenis usaha dari bank yang bersagkutan, sebab, bentuk dan
jenis usaha bank akan berdampak pada perbedaan para nasabah, kebutuhan dana,
pemasaran jasa bank, tingkat persaingan dan seterusnya. Bahkan ada berbagai
bank yang mempunyai sifat usaha yang sangat khusus. Dengan demikia, sifat
kekhususan usaha bank yang bersangkutan perlu dipelajari terlebih dahulu oleh
bank yang bersangkutan.
6. Perkembangan
Kegiatan Perekonomian Secara Makro
Perlu
diingat, bahwa perkembangan suatu perusahaan tidak bias terlepas dari
perkembangan perekonomian secara makro, oleh karena itu perkembangan kegiatan
perekonomian secara makro pada tingkat nasional, regional maupun internasional
perlu mendapatkan peratian yang serius dalam penyusunan anggaran. Ada berbagai
aspek utama perekonomian makro yang perlu diperhatikan pihak bank, yakni:
1. Tingkat
pertumbuhan perekonomian baik nasional, regional maupun internasional.
2. Kebijakan
moneter, perbankan, pasar uang, pasar modal. Perpajakan, tingkat suku bunga,
bunga kredit, perubahan kurs, legal
reserve requirement, bantuan liquiditas bank Indonesia, KPMM (CAR), LDR, LLL, dan lain sebagainya baik yang berhubungan langsung dengan
perbankan atau mempunyai efek tidak langsung.
B.
PROSEDUR
PENYUSUNAN ANGGARAN
Penyusunan anggaran
untuk suatu bank merupakan langkah yang panjang dan berliku, serta banyak
hambatan yang harus dapat dilalui dengan baik. Oleh karena itu, dalam
penyusunan anggaran perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Preliminary
Study
Preliminary Study adalah
pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk pengyusunan anggaran.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Preliminary
Study meluputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perumusan
Sasaran Usaha
Sasaran usaha bank
mempunyai jagnkauan jangka panjang, sehingga perumusan sasaran usaha bank lebih
banyak bersifat keputusan politis atau strategis. Bentuk dan perumusan sasaran
biasanya belum defe nitif dan belum jelas benar. Oleh karena itu sasaran harus
disaring dengan berbagai planning
assumption dan berbagai bentuk risiko usaha.
Berbagai bentuk sasaran
usaha bank, dapat didefenisikan dalam berbagai pertanyaan sebagai berikut:
i.
Apakah bank yang bersangkutan akan
peroperasi mengejar laba setinggi-tingginya?
ii.
Apakah bank yang bersangkutan akan
beroperasi untuk mengadakan penetrasi pasar serta mengembangkan bisnis bank
tersebut secara serentak?
iii.
Apakah bank yang bersangkutan akan
beroperasi untuk memajukan kegiatan perekonomian Negara atau untuk melakukan
kebijaksanaan moneter yang telah diterapkan oleh pemerintah?
iv.
Apakah bank yang bersangkutan akan
beroperasi untuk memaksimalkan kapasitas kerja yang masing menganggur? Dan
seterusnya.
b. Planning Assumption
Anggaran merupakan
rencana kerja yang ditetapkan untuk waktu yang akan datang. Sedangkan waktu
yang akan datang selalu dipenuhi dengan ketidappastian, maka untuk merumuskan
sasaran, di muka perlu dipikirkan (dirumuskan) suatu planning assumption. Dengan ditetapkan suatu planning assumptions maka obejektif
(sasaran) dari bank menjadi lebih jelas lagi. Dari hasil analisis ini
dapatlah disebut bahwa sasaran yang telah dapat disimpulkan tersebut merupakan
sasaran untuk tahap pertama, yang masih harus disaring lagi terhadap berbagai
risiko yang mungkin terjadi.
2. Penelitian
Risiko Usaha
Sebua
usaha pasti selalu dibayangi oleh risiko, oleh karena itu sedapat mungkin
bersar kecilnya risiko telah dapat diperkirakan terlebih dahulu. Secara umum,
suatu usaha yang memiliki kemungkinan keuntungan yang tinggi, biasanya memiliki
tingkat risiko yang tinggi pula. Demikian sebaliknya, suatu usaha yang
kemungkinan tingkat keuntungannya rendah, memiliki tingkat risiko yang rendah
pula. Sehingga, yang terpenting bagi sebuah bank adalah, berapakah besarnya
risiko yang bersedia diterima (ditolerir) dan apa saja risiko yang mungkin
terjadi? Adapun berbagai jenis risiko dalam dunia perbankan adalah sebagai
berikut:
a. Risiko
moneter, yakni risiko akibat devaluasi, revaluasi, perubahan suku bunga,
perubahan suku bunga surat berharga dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
mata uang (moneter).
b. Risiko
Politik, yaitu pergolakan politik di suatu Negara. Risiko ini akan sangat
berpengaruh bagi dunia perbankan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
c. Risiko
Persaingan Usaha, yakni risiko semakin berkurangnya tingkat keuntungan karena
kualitas maupun kuantitas persaingan yang semakin tajam.
d. Risiko
Sifat Usaha Bank, yakni risiko baik keamanan dan lain sebagainya karena
sebagian besar asset bank merupakan asset financial dan bank juga banyak
memegang berbagai kode rahasia yang memiliki peluang untuk dimanfaatkan oleh
penjahat professional.
e. Risiko
Uncertainty, yakni risiko
ketidakpastian yang disebabkan berbagai kegiatan usaha bank yang bersifat
spekulatif seperti jual beli surat berharga, valuta asing dan sebagainya.
f. Risiko
Birokratisme, yakni dalam kegiatan usahanya, pihak bank mau tidak mau harus
tunduk pada berbagai peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah dan
berbagai macam birokrasi lainnya. Berbagai peraturan tersebut selalu mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Dampaknya tentu akan berpengaruh pula pada
kebijakan perbankan. Dengan demikian, pihak perbankan harus mampu melakukan
berbagai macam penyesuaian dengan risiko eksternal tersebut.
3. Critical Point
dari Sasaran yang Akan Dicapai
Kegiatan
usaha perbankan tidak akan bias lepas dari berbagai macam hambatan untuk
mencapai sasarannya. Jadi, pihak bank harus benar-benar mengenal berbagai macam
kendala yang akan ditemui. Sebab, tanpa memahami jenis, sifat dan bentuk
kendala yang dihadapai, sulit bagi bank untuk mewujudkan sasarannya.
Berbagai
macam hambatan dan kendala yang dihadapi oleh bank inilah yang biasanya disebut
dengan “critical point” dari
anggaran. Critical Point dari
anggaran dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Organisasi
Bank
b. Sumber
Dana
c. Pasar
Perbankan
d. System
Perbankan
e. Perkembangan
Perekonomian Secara Makro
f. Penetapan
Keseimbangan Faktor-faktor Usaha
4. Penetapan
Target Usaha
Target
usaha yang ditetapkan bertitik tolak pada kapasitas factor produksi atau factor
usaha yang terkecil. Harapannya, akan
dicapai keseimbangan antara factor-faktor produksi yang diperlukan untuk
melaksanakan proyek (kegiatan usaha bank) secara efisien.
5. Perhitungan
Tolok Ukur Usaha
Keberhasilan
dari anggaran yang disusun banyak akan dipengarui oleh kesulitan perhitungan
tolok ukur. Dengan kata lain suatu anggaran yang disusun tanpa adanya tolok
ukur jelas anggaran tersebut tidak aka nada manfaatnya sebagai alat planning dan Controling. Bentuk tolok ukur usaha yang diperlukan dalam
penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
a. Tolok
ukur mengenai pendapatan (revenue)
yaitu penetapan berapa besar harga untuk tiap jenis produk dan jasa yang akan
dijual dan volume usaha yang akan ditempuh. Tolok ukur ini disebut juga dengan bank pricing.
b. Tolok
ukur kualitas dana, kuantitas produk dan jasa perbankan yang akan dijual.
Pertama ditetapkan jenis-jenis produk dan jasa yang akan dipasarkan, produk dan
jasa ini juga harus ditetapkan terlebih dahulu spesifikasi teknis mupun
spesifikasi administratifnya, jadi secara kuantitatif bentuk produk dan jasa
yang akan dijual tersebut harus jelas.
c. Tolok
Ukur Untuk Biaya, yaitu tolok ukur tentang berapa besar biaya yang harus
dikeluarkan dalam memenuhi kualitas dan kuantitas produk atau jasa tertentu.
Secara umum, biaya yang utama dapat dibagi tiga yakni biaya tenaga kerja, biaya
material dan biaya overhead.
6. Penyusunan
Anggaran
Setelah
target atau volume usaha yang ingin dicapai untuk tiap jenis usaha sudah dapat
dihitung, begitu juga tolok ukur pendapatan dan biaya usaha masing-masing
satuan jenis transaksi sudah dapat dihitung, langkah selanjutnya adalah
merumuskan kegiatan tersebut dalam bentuk anggaran yang diinginkan. Bentuk atau
jenis anggaran yang diperlukan akan berbeda antara satu bank dengan bank yang
lain, sebab akan tergantung dari volume, jenis usaha, omzet, luas office space, dan seterusnya. Sebaiknya,
anggaran yang dibentuk harus bersifat komprehensif, yaitu semua kegiatan kerja
yang ada dapat disajikan anggarannya.
Anggaran
disamping komprehensif, sebaiknya menggambarkan kegiatan usaha atau transaksi
yang akan dilaksanakan serta nilai rupiah (baik pendapatan atau biaya) yang
akan diterima maupun yang akan dikeluarkan untuk setiap unit kerja yang
mengelola masing-masing jenis transaksi. Terakhir, anggaran perlu dilengkapi
dengan uraian-uraian yang singkat dan
jelas untuk memudahkan pemahaman bagi pelaksana.
7. Pelaksanaan
Anggaran
Sebelum
anggaran dilaksanakan sebaiknya diadakan pertemuan secara berjenjang tentang
anggaran tersebut untuk memperoleh komitmen masing-masing personalia untuk
melaksanakan anggaran sebaik mungkin. Selanjutnya, tidak ketinggalan untuk
menyiapkan berbagai sarana kerja yang diperlukan, seperti job description, system reward
dan punishment, system ororisasi
dan pendelegasian wewenang dan sebagainya. Akhirnya, anggaran tinggal
dilaksanakan dengan sebaik mungkin dengan dukungan komunikasi dan evaluasi
berkelanjutan.
8. Revisi
Anggaran
Dalam
perjalanan pelaksanakan anggaran, besar kemungkinan ditemukan ditemukan
penyimpangan dari asumsi perencanaan yang akan mempengaruhi critical point dari anggaran bank. Agar
anggaran tetap operasionil, maka anggaran harus segera diadakan revisi
seperlunya. Besar kecilnya revisi yang dilakukan tergantung pada tingkat
materialistis dari perubahan situasi dan kondisi yang ada.
9. Laporan
Anggaran
Secara
periodic antara anggaran dan pelaksanaannya perlu disusun evaluasi yang bias
disebut sebagai analisa variansi, yaitu untuk mengetahu sebab-sebab terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran baik yang bersifat favourable maupun yang bersifat unfafourable.
Hasil analisa disusun dan dilaporkan kepada top management dalam bentuk laporan anggaran. Informasi-informasi
yang ada dalam anggaran tersebut sangat penting sebagai umpan balik kepada top management untuk pengambilan
kebijakan baru yang akan ditempuh untuk meningkatkan profitability bank atau untuk pencapaian sasaran usaha yang lebih
baik.
Comments
Post a Comment