Skip to main content

ANALISIS AKTIVA PRODUKTIF PT. BANK MANDIRI Tbk. DARI TAHUN 2004 SAMPAI TAHUN 2007

ANALISIS AKTIVA PRODUKTIF PT. BANK MANDIRI Tbk.
DARI TAHUN 2004 SAMPAI TAHUN 2007
Oleh: Pradana Suprayogi[1]

A.    Deskripsi Objek Analisis
Gambar 1: Kolektibilatas Kredit Bank Mandiri (2004-2007)
Sumber : Diolah sendiri

B.     Alat Analisis
1.       Non performing loan (NPL)
Non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci untuk
menilai kinerja fungsi bank. Salah satu fungsi bank adalah sebagai lembaga intermediary atau penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%, dan apabila lebih besar dari 5% buruk.  Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut (Bank Indonesia, 2010):
2.       Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva Produktif adalah penyediaan dana Bank dalam Rupiah maupun Valas untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk Kredit, Sertifikat Bank Indonesia dan Penempatan Dana Antar Bank. Sedangkan kualitas aktiva produktif adalah kualitas penyediaan dana Bank dalam Rupiah maupun Valas untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk Kredit, Sertifikat Bank Indonesia dan Penempatan Dana Antar Bank. Batas maksimum KAP yang ditolerir Bank Indonesia sebesar 5%, Lebih dari 5% buruk. Rasio Kualitas Aktiva Produktif di formulasikan sebagai berikut (Bank Indonesia, 2010) :
3.       Rasio PPAP terhadap Aktiva Produktif
Rasio Penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif menggambarkan jumlah cadangan yang harus disediakan oleh bank untuk menutup kemungkinan hilangnya aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini, berarti bank semakin tidak sehat, dan semakin rendah rasio ini, berarti bank semakin sehat. Karena rendahnya rasio ini sekaligus member gambaran tentang aktiva produktif yang bermasalah. Rasio rendah, artinya aktiva produktif bermasalah rendah, dan sebaliknya, nilai rasio yang tinggi menggambarkan aktiva bermasalah yang tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai rasio ini, berarti bank semakin tidak sehat dan di sisi lain, semakin rendah rasio ini, menggambarkan kondisi bank yang semakin sehat.
Rasio PPAP terhadap aktiva produktif adalah Rasio yang membandingkan antara PPAP yang telah dibentuk dengan kuantitas aktiva produktif sebagaimana diformulasikan sebagai berikut (Bank Indonesia, 2010):
4.       Rasio Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Rasio Pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif adalah perbandingan antara PPAP yang telah dibentuk dengan PPAP yang wajib dibentuk. Rasio ini menggambarkan kesiapan bank untuk menutupi kemungkinan hilangnya aktiva produktif. Semakin besar rasio ini, berarti bank semakin siap, dengan kata lain, nilai rasio diatas 100 persen itu baik. Tapi kalau terlalu besar, justru menurunkan kinerja bank, karena akan menambah idle fund. Dengan demikian, rasio paling ideal berada pada nilai interval 100-150 %. Rasio PPPAP yang baik adalah sebesar 100% atau lebih. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut (Bank Indonesia, 2010):


C.    Analisis
1.      Rasio NPL
a.       Tahun 2004, =6,01%
b.      Tahun 2005=22,53%%
c.       Tahun 2006 =15,86%%
d.      Tahun 2007=8,37%%
2.      Rasio KAP
a.      
b.     
c.      
d.     
3.      Rasio PPAP terhadap AP
a.       Tahun 2004,
b.      Tahun 2005,
c.       Tahun 2006,
d.      Tahun 2007,
4.     
a.       Tahun 2004,
b.      Tahun 2005,
c.       Tahun 2006,
d.      Tahun 2007,
Table 1: Rasio Aktiva Produktif Bank Mandiri (2004-2007)
TAHUN
NPL (%)
KAP (%)
PPAP/AP (%)
PPPAP (%)
2004
6,01
3,10
4,86
132,84
2005
22,53
10,37
6,10
102,95
2006
15,56
7,75
6,60
119,59
2007
8,37
4,37
5,17
104,21
Sumber : Diolah Sendiri

D.    Pembahasan
a.       Non Performing Loan (NPL)
Secara keseluruhan dari tahun 2004-2007 NPL bank mandiri berada pada posisi yang buruk. Hal ini terbukti dari nilai NPL 2004 sebesar 6,01%, yaitu berada diatas batas maksimum NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Selanjutnya pada tahun 2005 naik menjadi 22,53%, artinya NPL bank mandiri memburuk di tahun 2005. Selanjutnya NPL membaik pada tahun 2006 sebesar 15,56%, dan terus mengalami perbaikan pada tahun 2007 sebesar 8,37% walaupun tetap masih berada diatas batas atas NPL yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Kesimpulannya, dilihat dari sisi NPL, bank mandiri tergolong bank yang tidak sehat dalam kurun waktu antara 2004-2007.
b.      Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Kualitas aktiva produktif yang ditetapkan oleh bank Indonesia sama dengan NPL yaitu sebesar 5%. Dilihat dari standard ini, KAP bank mandiri berada pada posisi yang beraneka ragam. Pada tahun 2004, KAP bank mandiri adalah 3,10%, artinya dilihat dari sisi KAP, bank mandiri masih berada pada posisi yang sehat. Selanjutnya pada tahun 2005, KAP bank mandiri menjadi memburuk, yaitu naik pada angka 10,37%. Artinya, pada tahun 2005, bank mandiri memiliki tingkat kesehatan yang buruk, dan akhirnya kembali membaik pada tahun 2006 yaitu sebesar 7,75%, dan pada tahun 2007 KAP bank mandiri terus membaik dan masuk pada posisi sehat, yaitu pada angka 4,37%. Dengan demikian, bank mandiri berada posisi yang tidak sehat dilihat dari sisi KAP yaitu pada tahun 2005 dan 2006. Sedangkan pada tahun 2004 dan 2007, bank mandiri berada pada posisi yang sehat (berdasarkan KAP).
c.       PPAP Terhadap AP
Secara umum, grafik perkembangan rasio PPAP/AP naik dari tahun 2004-2006, kemudian turun pada tahun 2007. Artinya tingkat kesehatan dan kinerja banki mandiri pada dari tahun 2004 mengalami penurunan dan puncaknya terjadi pada tahun 2006. Selanjutnya baru membaik pada tahun 2007. Hal ini tergambar dari perkembangan rasio PPAP/AP pada tahun 2004 sebesar 4,86, 2005 sebesar 6,10, 2006 sebesar 6,60 dan 2007 sebesar 5,17.


d.      PPPAP
Dilihat dari sisi PPPAP, ternyata nilai PPAP bank mandiri berada pada posisi yang sangat baik, yaitu berada pada kisaran 100-150%. Artinya bank mandiri mempunyai kemampuan yang cukup untuk menutupi kerugian yang disebabkan kemungkinan hilangnya aktiva produktif karena kualitas aktiva produktif yang buruk. Dengan demikian, sesungguhnya bank mandiri masih berada pada kondisi yang aman, walaupun tergolong tidak sehat. Aman karena masih mempunyai modal yang cukup untuk dijadikan sebagai cadangan penutup aktiva yang hilang.

E.     Kesimpulan
Dari analisis diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait dengan tingkat kesehatan dan kinerja bank mandiri dilihat dari aktiava produktifnya dari tahun 2004-2007, sebagai berikut:
1.      Aktiva produktif bank mandiri masih tergolong sehat di tahun 2004, tetapi masuk pada kondisi tidak sehat di tahun 2005 dan 2006, selanjutnya kembali sehat pada tahun 2007.
2.      Kredit bank mandiri hanya sehat pada tahun 2004, dan berada pada kondisi tidak sehat selama tiga tahun berikutnya.
3.      Kesimpulannya, tidak sehatnya bank mandiri sebenarnya berasal dari sumbangan kinerja kredit yang sangat buruk. Sedangkan kinerja pada aktiva produktif yang lain, cenderung lebih baik. Hal ini tergambar dari nilai NPL yang lebih besar daripada nilai KAP.
4.      Walaupun bank mandiri berada pada kondisi yang tidak sehat, ternyata tidak terlalu membahayakan keberlangsungan hidup bank mandiri, karena mempunyai modal yang cukup untuk menutup kerugian. Hal ini tergambar dari rasio PPPAP yang masih diatas 100%.  


[1] Mahasiswa STEI Hamfara Angkatan 2008

Comments

  1. terimakasih untuk informasi laporan ini,,saya menjadi lebih tau tentang Kualitas Aktiva Produktif..

    saya ingin bertanya kawan..

    bagaimana menghitung manual rumus rasio PPAP/AP jika dilaporan keuangan bank tidak tersedia tabel hasil PPAP/AP itu sendiri..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PERANAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN BANK

PERANAN ANGGARAN SEBAGAI ALAT MANAJEMEN BANK Oleh: Arowadi Lubis Setiap tingkat manajemen dalam melaksanakan tugas sehari-hari akan dihadapkan pada tiga fungsi pokok yaitu: A.     Fungsi perencanaan B.      Fungsi pelaksanaan C.      Fungsi pengawasan Masing-masing fungsi ini melekat erat pada diri setiap manajer, dan di samping itu masing-masing fungsi tersebut juga mempunyai korelasi yang sangat erat satu sama lainnya. Untuk melaksanakan fungsi

RANGKUMAN BUKU MANAJEMEN PERBANKAN

BAGIAN I LINGKUNGAN MAKRO A.     Reformasi perbankan indonesia : dari represi hingga deregulasi 1.       Dari represi menuju liberalisasi fiansial 2.       Deregulasi finansial indonesia 3.       Dampak deregulasi terhadap sektor keuangan 4.       finance led-growth atau growthled finance B.      Perbankan Indonesia di masa krisis 1.       struktur perbankan indonesia 2.       masalah yang dihadapioleh perbankan indonesia 3.       krisis: dari krismon hingga kristal 4.       negara-negara asia timur dalam krisis 5.       penyebab krisis : beberapa catatan sudi 6.       tujuh negara asia dan enam dimensi krisis 7.       perbuatan politik dan reformasi ekonomi 8.       pemulihan yang menyakitkan 9.       proses pemulihan 10.   rekapitulasi perbankan dan masalahnya

ANGGARAN BANK

ANGGARAN BANK Oleh: Arowadi Lubis PENDAHULUAN Suatu anggaran yang baik adalah yang sulit dicapai tetapi masih dapat dicapai, mudah dikatakan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Inilah suatu tantangan bagi para ahli manajemen dalam menyususn dasar-dasar teori yang dapat memberikan panduan kepada para praktisi di dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Hal ini kiranya dapat dipahami sebab bisnis dari perbankan tersebit jelas mempunyai berbagai kekhususan yang dapat diuraikan sebagai berikut: ·